Dunia anak merupakan dunia bermain, oleh sebab itu bisa
menemukan kesenangan dan kebebasan. Dengan bermain anak bisa mengembangkan daya
fantasinya dan dapat mencurahkan perasaan isi hatinya, serta melatih
ketrampilannya, sehingga anak lebih percaya diri.
Menurut Drs. H.M.
Affandi mantan dosen Seni Rupa UNY, memberikan kebebasan berbuat bagi anak
dalam bermain bukan berarti tidak ada aturan sama sekali. Untuk memberikan makna positif, maka
permainan di sini harus memiliki nilai pendidikan. Karena itu, orang tua
ataupun guru harus berperan dalam kegiatan ini sebagai pamong, mampu memotivasi
(membombong=membesarkan hati, bukan perintah dan larangan yang mematahkan
semangat untuk berbuat), membimbing (menunjukkan arah dalam kebebasan dengan
contoh perilaku dan pemberian kesempatan berbuat yang tidak salah tempat dan
tidak salah jalan).
Orang tua ataupun guru dalam melaksanakan peran ini perlu memiliki bekal
tentang:
1. Pengertian
seni rupa anak;
2. Strategi
pembinaan seni rupa untuk anak;
3. Pengalaman
mencoba berseni rupa;
4. Peranan
seni rupa dalam kehidupan anak;
Seni rupa adalah karya cipta manusia, merupakan curahan
isi jiwa (akal, pikiran, dan perasaan) sebagai hasil sentuhan pengalaman yang
berkesan, yang diwujudkan melalui unsur-unsur visual (rupa) seperti garis,
bidang, warna, tekstur, volume, dan bentuk. Letak perbedaan antara seni rupa
ciptaan orang dewasa/seniman dan ciptaan anak adalah pada penerapan kaidah dan
visi seninya.
Seni rupa karya orang dewasa diukur dan dinilai dari
beberapa aspek, seperti gaya/corak dan alirannya, teknik dan penggunaan alat
serta bahannya, pengorganisasian unsur-unsurnya, pesan yang dibawakannya,
kebaharuan atau kemutakhirannya, kemurnian ciptaannya, dan sebagainya. Karya
orang dewasa dipandang dari aspek nilai seni produknya, karena wujud karya
itulah sebagai target akhir ciptaannya.
Karya: Rani Saraswati
Seni rupa bagi anak adalah sebagai media kegiatan untuk
mengembangkan potensi jiwa dalam pengembangan diri. Pengalaman berseni rupa
bagi anak merupakan bagian dari kehidupannya. Melalui pengalaman berseni rupa,
anak mengenal olah pikir, olah rasa, dan olah krida sebagai perluasan lahan
bermain yang harmonis. Dengan mengamati, meniru, mengangan-angan, mencoba, dan
mencipta suatu perwujudan melalui pengorganisasian unsur-unsur visual, berarti anak
telah berseni rupa. Untuk mewujudkan karyanya dapat melalui penggunaan berbagai
alat dan bahan (media) dengan berbagai ragam caranya. Memandang keberhasilan
seni rupa anak bukan semata-mata hanya dari segi produk ciptaannya saja, bahkan
yang lebih penting adalah dari segi proses penciptaannya. Produk ciptaan
bukanlah target akhir bagi anak. Melakukan kegiatan berseni rupa merupakan
lintasan yang sangat penting bagi anak untuk pertumbuhan jiwa raganya.
MEMBINA SENI RUPA ANAK
A. Motivasi
Pemberian motivasi merupakan upaya
untuk membangkitkan minat anak terhadap tugas yang akan diberikan untuk
dikerjakan. Model motivasi banyak sekali tergantung tingkat usia anak, keadaan
lingkungan atau suasana, dan arah tujuan permbinaan saat itu. Motivasi dapat
berupa cerita, nyanyian, sentuhan suasana yang aktual, atau rekaman pengalaman
anak yang dapat diungkap kembali.
B. Peragaan
Peragaan adalah penampilan
objekyang dapat diamati dan diperbincangkan relevan dengan tugas yang akan
dilaksanakan oleh anak. Dalam hal ini objek tersebut berupa contoh hasil karya,
tetapi bukan semata-mata untuk dicontoh, melainkan untuk memperjelas keterangan
dan sekaligus memberikan daya tarik bagi anak. Untuk peragaan ini anak juga
dapat langsung diajak mengamati dan menghayati benda-benda dan keadaan sekitar.
Suasana interaksi antara pembina dan anak harus selalu dikondisikan dalam
suasana segar, bebas, dan gembira.
C. Pelatihan
Untuk pelatihan dapat dibeikan
setelah anak memahami apa yang diperagakan dan memahami tugas yang disampaikan
oleh pembina. Anak diberi kebebasan menerima makna tugas dan mencoba
menggunakan media yang ada. Dalam proses pelatihan ini terjadi alur penciptaan
yang meliputi penyusunan konsep dan penuangan ide, pengorganisasian unsur-unsur
visual seperti pemilihan objek dan penyusunan komposisi, pengenalan dan
percobaan penggunaan media, diakhiri dengan tahap penyelesaian.
D. Pemantapan
Dalam tahap ini benar-benar
pembina berperan penuh sebagai pamong yang harus bertindak “Tut Wuri
Handayani”. Pembina yang semula melakukan bimbingan secara klasikal/kelompok
bersama-sama, di sini lebih terarah pada bimbingan individual. Dalam pemantauan,
pembina dapat berdialog langsung dengan setiap anak sesuai dengan permasalahn
atau kesulitan yang dihadapinya. Sifat dialog bernuansa pemberian stimulasi
untuk penemuan pemecahan permasalahan oleh si anak didik.
E. Pemaparan
Akhir dari pembinaan berupa
pengumpulan karya anak yang dapat dipamerkan atau dipertunjukkan untuk dapat
diamati bersama-sama, jika memungkinkan dapat dibahas, dibicarakan, dikaji dan
didiskusikan oleh anak. Dengan penuh pertimbangan pembina dapat memberikan
pujian untuk hasil yang dikerjakan dengan bagus. Pada dasarnya pada tahap ini
pembina telah melakukan evaluasi.
Karya: Faridah Ukhti Sabila
Tidak ada komentar:
Posting Komentar